E-Youth 2012 (Real Business Competition Univ. Bakrie)

E-Youth atau Entrepreneurial Youth merupakan sebuah event tentang kewirausahaan yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Bakrie. Nah, salah satu agenda dari event tersebut adalah Real Business Competition yang kurang lebih maksudnya sebuah perlombaan kewirausahaan yang diadakan oleh pihak yang sama untuk menambah jumlah entrepreneur muda di Indonesia. Alhamdulillah, saya bersama rekan-rekan saya mendapatkan kesempatan untuk ikut serta di ajang tersebut setahun yang lalu atau tepatnya Mei 2012.
Ini adalah kali kedua bagi saya pribadi mengikuti sebuah perlombaan yang digelar di luar Pontianak setelah sebelumnya saya mengikuti lomba My Team My Idea yang diadakan oleh telkomsel di tahun 2010. (lama juga vacum gak ikut lomba)...



Awalnya...
Semua ini bermula dari perkenalan saya dengan seorang teman yang sungguh luar biasa gigihnya. Beliau bernama Elita (nama kerennya elita zag... :p ) . Sahabat baik saya, Dahlan lah yang mengenalkan saya dengannya. Elita merupakan mahasiswa senior yang seharusnya sudah expired, akan tetapi karena dedikasi serta kemampuannya lah ia masih bertahan cukup lama di kampusnya. Eli (sapaan akrabnya) sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan dan kompetisi perlombaan, tak jarang pula ia sering memenangkannya.
Suatu ketika, Eli menghubungi saya dan ia meminta untuk bertemu. Berhubung saat itu tak banyak agenda yang saya lakukan saya pun mengiyakan. Setelah bertemu ia memberikan sebuah informasi yang sangat berharga. Apa itu ? sebuah informasi kompetisi lomba kewirausahaan yang diadakan oleh BEM Univ. Bakrie, RBC E-Youth 2012. Ia pun panjang lebar menjelaskan tentang kompetisi tersebut. Sampai pada akhirnya ia mengajak saya untuk bergabung ke dalam timnya. Tanpa proses berpikir panjang saya pun menyetujuinya, karena saya pikir sudah lama juga gak pernah ikut lomba beginian lagi. Karena persyaratan pada lomba tersebut maksimal 3 orang, kami berpikir untuk mengajak dahlan menjadi anggota tim.
Menurut saya, tim yang ada waktu itu sangat ideal. Mengapa demikian ? Karena kami bertiga memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Untuk masalah produksi, Eli lah jagonya karena ia pencetus cikal bakal produk tersebut. Bagian Keuangan menjadi ranah yang saya ambil, karena konsentrasi pendidikan saya adalah Financial Management. Sementara itu, meskipun berlatar belakang Ilmu Ekonomi, Dahlan di daulat menjadi Bagian Marketing karena pengalaman ia sebagai manajer pemasaran di salah satu lembaga pendidikan bahasa asing tidak terbantahkan. Akhirnya, kami pun sepakat untuk mulai membahas proposal untuk dikirimkan.

Gemelut Proposal
Pada saat itu saya sibuk berkutat menyusun rencana keuangannya, kebetulan sekitaran waktu itu juga saya belajar tentang penilaian sebuah proyek. Apakah proyek itu layak dijalankan atau tidak. Saya sempat bingung diawalnya, karena diperkuliahan yang menjadi contoh adalah perusahaan-perusahaan berskala besar. Sementara itu, saya harus menyederhanakannya agar bisa digunakan ke dalam proposal usaha kami yang notabene baru akan dirintis. Untunglah saya memiliki dosen-dosen yang mudah di ajak berkonsultasi. Saat itu saya berkonsultasi dengan dosen pembimbing saya, ibu Helma Malini, SE, M.Si. Alhamdulillah, apa yang saya kerjakan ternyata sudah benar dan tidak ada kendala berarti. Sehingga saya bisa segera merampungkan apa yang menjadi tanggungjawab saya kala itu.
Proposal yang kami kerjakan hampir rampung, klo dipresentasikan sekitar 80%an. Sementara itu, batas waktu pengumpulan proposal sudah mendekati penutupan karena memang kami baru mendapatkan info lomba tersebut beberapa hari sehingga pengerjaannya pun membutuhkan waktu yang ringkas.
Saya berpikir, bahwa proposal akan dikirim sebelum waktu pengumpulannya. Akan tetapi, tak disangka-sangka, Tak di duga-duga. Ada permasalahan muncul.
Apa itu ?
Sebuah kabar duka datang menghampiri tatkala hari closing pengumpulan proposal sudah H-2. Nenek Eli menderita sakit keras, sehingga memaksa Eli yang merupakan orang asli sui. duri untuk kemas-kemas mempersiapkan diri pulang kampung besok hari guna menjenguk neneknya tersebut. Apa mau dikata, terpaksa saya harus bergumul dengan proposal tersebut seorang diri mengingat rekan saya yang lain, Dahlan sedang ada kesibukan (saya lupa sibuk apa).
Ternyata apa yang menjadi prediksi saya meleset. Saya harus menyelesaikan proposal tersebut seorang diri padahal besok siang (Hari Jum'at), proposal beserta persyaratan yang lainnya sudah harus kami kirimkan via JNE agar sampai tepat waktu. Mengingat closing submit proposal hari Sabtu sore, sehingga klo Sampe Jum'at siang belum terkirim berarti kami gagal mengikuti lomba ini. Berjam-jam lamanya saya bergelut menambah kurangi hal-hal yang dirasa perlu dalam proposal ini.
Setelah cukup lama bergelut, saya mendapatkan kabar lagi dari Eli bahwa Neneknya yang sakit kemarin telah meninggal, sehingga ia terpaksa berangkat mendadak subuhnya. Padahal, kelengkapan data saja belum lengkap. Alhasil sekitar jam 5 pagi, Eli datang ke tempat saya untuk memberikan persyaratan biodata dirinya dan hal-hal lainnya yg diperlukan.Setelahnya, ia pergi dengan segera.
Saya mencoba rileks kala itu, sepanjang waktu saya sibuk melengkapi segala kekurangannya. Tanpa terasa waktu sudah hampir memasuki pukul 11 lewat. Karena pada saat itu hari Jum'at, sudah barang tentu saya juga harus mempersiapkan diri untuk shalat jum'at. Akan tetapi, berhubung proposal masih belum rampung atau sekitar 95%. Sayapun memilih untuk menyelesaikannya, nanggung juga kan, udah tinggal dikit lagi. Memasuki sekitaran pukul setengah 12, saya pun bergegas pergi ke tempat fotocopy lalu lanjut ke kantor JNE di jalan Pancasila,sehingga memakan waktu sekitar 13 menit dari tempat saya berada sekarang. Setibanya di JNE, Alhamdulillah ternyata jam terakhir submit paket yes (paket yang barang dapat dikirimkan hari ini dan diterima besok) adalah pukul 2 siang. Sehingga saya masih sempat mengirimkannya tepat waktu. Lega, masih bisa shalat jum'at juga. :)

Menunggu pengumuman
Setelah proses pengiriman, kami hanya menunggu informasi apakah proposal yang kami kirimkan diterima atau tidak oleh panitia disana. Keesokan harinya  tim ekspedisi JNE mengonfirmasi ke saya bahwa paket dari saya belum diterima karena kampus yang menjadi tujuan tutup. Rasa was-was proposal tidak diterima dan bayangan perjuangan yang menjadi sia-sia pun muncul, saya pun sering menghubungi panitia di sana untuk memastikan bahwa proposal yang saya kirimkan telah diterima. Pihak panitia mengatakan bahwa security kampus selalu stand by menerima proposal yang masuk. Akan tetapi, hingga sore hari proposal kami belum juga diterima. Apa mau dikata. Tawakal adalah jalan satu-satunya.
Dring.....Dring...Dring... Hape saya pun berbunyi beberapa lama berselang setelah kontak terakhir dengan panitia. Mereka pun mengonfirmasi, bahwa proposal kami telah diterima. Alhamdulillah, akhirnya lega juga. Selanjutnya, kami hanya menunggu konfirmasi kembali apakah proposal kami lolos seleksi untuk mengikuti boot camp di Jekardah atau tidak. Tapi, setidaknya saya berpikir mau lolos atau tidak, asal proposal sudah sampe ya Alhamdulillah... Hasil Akhirnya ? saya serahkan kepada Yang Maha Berkehendak saja... :)

Hari berganti hari, Minggu berganti minggu, Bulan berganti bulan, dan Tahun berganti tahun... << mulai lebay...|| Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu datang juga. Sebuah pengumuman yang dapat mengubah dunia << lebaynya kian menjadi-jadi || ALHAMDULILLAH,  kami lolos ke tahap selanjutnya untuk mengikuti boot camp dan presentasi. Yiiiiihaaaaaaaaaaa........... ke Jekardah lagi buat liburan.... 
Tapi, masih ada sedikit kendala, dana untuk berangkatnya belum ada kakak-kakak sekalian. Karena untuk Transportasi pesawat tidak di tanggung, hanya akomodasi dan transportasi selama di Jekardah saja yang ditanggung. 
But..... Tak jadi masalah. Ada pepatah mengatakan,
"banyak jalan menuju roma, banyak cara untuk sampai ketujuan" ingat "There is A Will, There is A Way" atau dalam terjemahannya "Ada sebuah akan, Ada sebuah Jalan" << Ngaco.... 
Akhirnya berbagai cara pun kami lakukan, eiiitttsssss, tetap dalam konteks halal ya... Gaya mahasiswa tulen pun kami gunakan, apalagi kalo bukan minta bantuan.... . Pertama kami meminta bantuan dana ke Pihak Fakultas melalui Pudek III. Setelah itu, bergeser sedikit ke depan, kami minta bantuan dana ke Universitas via Purek III. Berhubung dana belum memadai, kami pun meminta bantuan ke Pemerintah setempat... Tapi apa daya, cara terakhir ini seperti yang kita ketahui bersama hanyalah sia-sia. Mengapa demikian, ya.... biasa lah.... ibarat cowok yang suka ngegombalin wanita, sehingga wanita itu berharap pada cowok tersebut, alias istilah gahooolnya di PHP. Seperti pengalaman teman-teman yang lain, kami hanya mendapatkan janji manis belaka. But, nevermind lah. klo kata Aa' Maher Zein, InsyaALLAH you'll find your way. Setelah mendekati hari H, kami pun mendapatkan berita gembira, ternyata Fakultas bersedia menyediakan alias menanggung sepenuhnya biaya transportasi kami.... Yuhuuuu, Makasih Pak Irfani... 
dan Kami pun berangkat...

Hari Pertama
Setibanya di bandara Soeta dengan elegan kami pun menunggu jemputan dari pihak panitia. Lebih dari 1 jam kami menunggu, akhirnya datang juga jemputannya. Ternyata bukan hanya kami saja yang dijemput, melainkan ada peserta lain yang berasal dari Malang. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam yang seharusnya bisa ditempuh 30 menit. Kendalanya apalagi kalo bukan macet ibukota. Setibanya di Universitas Bakrie, kami langsung diarahkan panitia untuk mengikuti Technical Meeting, karena malamnya akan ada pembukaan dari Pihak panitia dan Universitas. Selesai TM, kami diantar panitia untuk beristirahat di wisma yang telah disediakan. Awalnya saya mengira hanya akan sekamar dengan dahlan, tim saya. Ternyata, masih ada seorang peserta yang akan menginap dikamar. Rupanya si do'i telat datang ke acara Malam Pembukaan karena abis nonton konser laruku. yaaah.... Saat itu memang bertepatan dengan konser Laruku. seandainya saya dapat tiket konser, mungkin saya juga bisa nonton konser itu Laruku is my favourite band... Alhasil, hanya kebagian nonton via yutub aja 

Oke, balik lagi ke topik. Setelah, mengikuti malam opening, kami beristirahat untuk mempersiapkan diri mengikuti training entrepreneur, presentasi proposal serta case study keesokan harinya.


Hari Kedua
Di hari kedua ini, kami mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu seputar dunia bisnis dari berbagai pakarnya. Mulai dari Praktisi, Marketing Consultant hingga Chief Executive Officer (CEO) Bakrie Land. Kelas ini sangat bermanfaat dan reliable karena salah satu keunggulan dari kelas ini adalah semua pematerinya adalah yang memang benar expert di bidangnya dan mereka memang mengalaminya. Bahasa kerennya theory with practice. Berbeda ketika saya duduk dibangku kuliah yang sebagian hanya tahu theory tapi nihil alias jarang praktek, theory without practice. Kebanyakan sih yg old by times...
Setelah kelas selesai kami pun memasuki sessi pertama yakni presentasi proposal. Untuk tahap ini tidak terlalu sulit karena hanya pengenalan personil, pengenalan proposal dan pemahaman akan produk. Memasuki sessi kedua agak sedikit sulit, karena sessi kali ini membahas mengenai sebuah kasus yang kemudian kita harus mampu menganalisa dan memberikan semacam advisory investment buat kasus tersebut. Hasil dari analisa tersebut harus dipresentasikan didepan para juri.
Awalnya, kami dikirim ke sebuah ruang inkubasi untuk membaca sebuah kasus untuk kemudian memberikan analisa terhadapnya. Waktu yang diberikan sangat sedikit, hanya sekitar 3 menit. Celakanya, kasus yang diberikan sangat amat membingungkan. Kasusnya sederhana, mengenai seorang mahasiswa yang jualan bubur. Tapi yang menyakitkan bagi saya yang notabene berlatarbelakang finance adalah dalam kasus tersebut dibuat menjadi rancu. bagaimana tidak, case study seorang mahasiswa jualan bubur tapi hasil analisanya harus menggunakan capital budgeting. Bayangkan aja, bubur skala kecil diukur pake ARR, NPV, BCR sampe IRR. apa gak bikin puyeng kepala. Kalo sampe gak bisa jawab, sama aja bo'ong, akan sangat memalukan bagi seorang mahasiswa ekonomi klo gak bisa jawab soal tersebut dan jelasinnya didepan juri-juri. bisa dipecat jadi mahasiswa kalo gini nih
Tapi mau gimana lagi, dengan waktu yang terbatas, saya hanya bisa menganalisa semampu saya. Alhasil pada saat mempresentasikannya saya merasa keteteran. Dari sekitar 5-7 menit waktu yang diberikan, kami hanya menggunakan sekitar 75-80%. Sangat tidak efektif dan efisien. Setelah presentasi, kami menunggu pengumuman untuk mengetahui siapa yang lolos ke tahap presentasi final esok harinya. Tawakal sajalah mengingat tahap case study kurang meyakinkan...

0 komentar:

Archives

Members

Total Tayangan Halaman

Twitter