Alhamdulillah, akhirnya nulis lagi... setelah udah lama vacumcleaner dr dunia bloging... 
ini pengalaman saya sewaktu brkunjung ke Desa Aruk, Kabupaten Sambas, Provinsi Kal-Bar. Saya dan seorang sahabat saya di ajak oleh dosen yang juga pimpinan tempat kami bernanung untuk menemani dan membantu kelompok anaknya yang lolos tahap presentasi final lomba karya ilmiah oleh LIPI. Berhubung judul Karya Ilmiah yang mereka ambil adalah Semangat Nasionalisme Anak Daerah Perbatasan, ya jadi kita harus survei langsung ke daerah itu.
Tepat tanggal 16 Agustus 2011, saya berangkat menuju sambas bersama dengan rombongan peneliti (yg trdiri 4 org tua, 3 anak peneliti, 2 org pemuda (trmasuk saya) serta 2 org supir ) untuk melakukan survey lapangan ke daerah Aruk, Sambas, Kalimantan Barat. Penelitian ini dilakukan dalam rangka lomba penelitian remaja tentang anak perbatasan. Tujuannya ? apa cuma ngecek keadaan lingkungan sekitar ? Tentu tidak, kami melakukan survey dan wawancara terhadap anak-anak daerah tersebut yang merupakan anak daerah perbatasan. Kami ingin mendapatkan hasil, sampai sejauh mana tingkat kecintaan dan semangat nasionalisme mereka terhadap bangsa tercinta kita, Indonesia.

Ini merupakan pengalaman pertama saya brangkat ke sambas... (agak parno sih, takut gak dapat sinyal...hahaha...*peace buat biak sambas). Sebenarnya momen ini selain untuk "bekerja" juga saya maknai dengan berliburan, biar gak terlalu serius. Kami brangkat pukul 03.15 PM atau 15.15 WIB... (skitar segitu lah waktunya).. perjalanan memakan waktu cukup lama sekitar 6 jam... ya di tambah istirahat juga sih di daerah Mempawah untuk bebuka puasa... :P
Setibanya di sambas, rombongan menginap di hotel Pantura, Sambas. Sementara saya menginap dirumah sahabat saya, si Dino yang memang asli (gak pake formalin) orang sambas... ya, sekalian silaturahim...
Perjalanan kami lanjutkan besok pagi skitar pukul 05.30 WIB. Perjalan dari hotel menuju Aruk memakan waktu sekitar 3 jam. Lumayan lama karena kondisi jalannya yang.... (tau sendiri lah klo udah daerah perbatasan waktu dulu)...
Sebagian jalan yang rusak

Beeghhh....,,, Perjalanan menuju kesana ibarat nonton konser dangdut didalam mobil. Badan gak berhenti-hentinya bergoyang, klo kata orang bilang setiap konser mau abis penontonnya teriak "We Want More, We Want More..." Penyanyi setuju nambah lagu, terus lanjut goyang lagi dah.... Persis banget...
Nah sepanjang perjalanan itu, saya melihat rumah-rumah yang jauh dari keramaian. Sangat kontras sekali dengan di kota. Tempatnya sepi, rumah pun jaraknya jauh-jauh kayak bermusuhan. Sempat terlintas di kepala, "Gak Kebayang dah kalo tinggal di tempat beginian... Biasa lihat rumah-rumah padat, sekarang lihat semak-semak belukar yang padat-padat". 
Kami tiba di tempat tujuan sekitar pukul 08.30 WIB. Agak meleset memang dari rencana untuk datang lebih awal agar bisa melihat proses upacara Bendera 17 Agustus. 
Sebegitu sampainya di TKP, kami langsung bergegas menyiapkan kebutuhan untuk mengadakan survey. Saya dan dino hanya membantu menyiapkan souvenir dan membagikan kuesioner. Sementara pelaksana kegiatan survei tentu saja di handle oleh mereka yang punya hajat (red: anak-anak TIM Peneliti). 


Saya memiliki cukup banyak waktu senggang karena tak banyak tugas yang harus saya kerjakan, sehingga saya gunakan kesempatan tersebut untuk mengabadikan momen selama proses survey dan wawancara berlangsung. Karena kebetulan saat itu momen Hari Kemerdekaan RI yang ke 66. Saya menyempatkan diri untuk melihat kegiatan yang dilakukan warga sekitar dalam memperingati Hari Proklamasi. Lazimnya diberbagai daerah di Indonesia, sudah barang tentu yang jadi andalan adalah menggelar event perlombaan. Perlombaan ini tidak hanya ditujukan bagi anak-anak saja, melainkan orang dewasa terutama ibu-ibu dapat juga berpartisipasi. Meskipun hadiah yang ditawarkan tidak besar, akan tetapi warga di sana sangat antusias mengikuti pelaksanaan acara tersebut. Ada beberapa gambar yang diambil membuat saya tertawa sendiri jika mengingatnya... Perlombaan panjat pinang ini sendiri ada dua kategori, yakni untuk anak-anak dan ibu-ibu. 


Lihat lah betapa perkasanya wanita-wanita digambar tersebut... Kredit khusus untuk ibu yang pake baju kuning. Agak gimana gitu melihat ibu itu ditindih teman-temannya yang lain. :D
Nah, yang ini versi anak kecilnya :

memang saya pribadi melihat, hadiahnya tidaklah terlalu besar alias mahal. Akan tetapi perjuangannya itu yang menjadi nilai lebih didalam acara seperti ini. Luarrr Biasa Semangat merekaaa... Merdekaaaa....

Pada awalnya mereka (khususnya yang anak-anak) agak sulit menemukan cara untuk menggapai ujung tiang tersebut. Beberapa kali percobaan pun masih gagal untuk mencapai puncak tertinggi. Mereka bergantian untuk ditindih, berjuang sekeras tenaga, jatuh bangun mereka lakukan. Untuk apa ? untuk menggapai puncak tertinggi...


Setelah cukup lama mereka berjuang akhirnya mereka menemukan ritme dan ramuan yang "pas" untuk mencapai puncak tiang tersebut. Panjat pinang ? terlihat sederhana memang, akan tetapi dibutuhkan kerjasama dan kerja keras untuk menggapai puncaknya... Sebuah permainan rakyat sederhana yang penuh filosofi. dan.... Akhirnya.... Mereka pun berhasil menggapainya.... :) Merdeka !!!


Senyum bahagia terpampang nyata dan jelas diwajah mereka saat selesai merengkuh seluruh hadiah yang disediakan oleh panitia. Saking larutnya mereka kedalam euforia keberhasilan, saya yang pegang kamera pun sampe dikira wartawan... Haaasssseeeemmmmm.... -_-' alhasil mereka pun minta di foto, tapi gak masalah buat saya pribadi... Yang penting sama-sama senang.... :)

Setelah selesai melihat-lihat keadaan diluar, saya pun kembali ke dalam ruang untuk memantau kondisi terkini keadaan survei dan wawancara...

ternyata, dari hasil pemantauan saya, jawaban mereka lugu dan lucu-lucu... Oia, sasaran responden kami adalah anak SD dan SMP. Meskipun pada kenyataannya tidak sedikit juga anak SMP yang seharusnya sudah menjajaki bangku SMA. Lah, kenapa bisa begitu ? ya, banyak alasannya. Mulai dari telat masuk sekolah karena faktor biaya, akses sarana pendidikan yang belum memadai dan lain sebagainya. (sebenarnya untuk telat masuk sekolah pengalaman pribadi saya juga sih...hahaha...).
Dari pertanyaan yang diajukan kami mengetahui seberapa besar rasa nasionalisme mereka, meskipun hal ini tidak bisa dijadikan tolak ukur 100% sebagai parameternya. Ada pertanyaan dimana mereka membeli barang kebutuhan, mayoritas dan bahkan hampir keseluruhan menjawab di negeri tetangga. Apa sebab ? selain akses transportasi yang lebih mudah dijangkau dari pada membeli ke kota, harga juga menjadi penentu. Selain menggunakan uang rupiah mereka juga menggunakan uang ringgit. (ya, mau bagaimana lagi. toh selama ini pemerintah khususnya di pusat memang kurang memperhatikan daerah perbatasan. klo udah denger isu masalah patok tanah aja, mereka ribut dan hebohnya kayak udah mau perang. Padahal yang di Kalimantan aja pada adem ayem :p ).
Sebagai bentuk penghargaan dari partisipasi mereka, kami pun memberikan bingkisan menarik buat mereka (yang sudah kami packing pada saat subuhnya pas mau berangkat ke TKP :p)



Setelah semua kegiatan selesai dilakukan baik survei dan wawancara, kami pun berpamitan dengan pengurus sekolah dan jajaran pejabat di diknas di sana untuk melanjutkan perjalanan. Selesainya berpamitan, saya dan tim peneliti cilik beserta dosen berpisah. Kami berpisah di boarder. Saya dan Dino kembali ke Pontianak bersama duo orang supir yang telah di sewa, sementara itu dosen saya dan rombongan peneliti muda melanjutkan perjalanan ke Kuching, Malaysia.

Saya di Boarder
Ok... Setelah berpisah, saya pun melanjutkan perjalanan pulang ke Pontianak. saya bersama seorang supri menggunakan Innova sementara Dino berada bersama supir di mobil yang lain menggunakan Pajero... Saya berharap tentu saja pulang ke Pontianak dengan keadaan sehat wal afiat, selamat sejahtera dan tetap keren... Tetapi, saat itu cuaca sangat kurang bersahabat, jalan rusak yang kering tadi sontak berubah jadi kubangan kerbau dalam sekejap...


jalanan yang kering memang masih enak di lewati, tetapi jika hujan yang turun... :) jadi lah seperti ini 


Bikin jantung mau copot, deg-degan luar biasa, terantuk disana sini yang jelas tidak bisa tidur... -_-'


Bahkan, sampe ada yang segede itu timbunan batu nya. Gimana mereka mau belanja dan mencintai produk dalam negeri coba, klo akses jalan untuk transportasinya saja seperti ini. Jika barang mudah expired, dibeli hari ini seminggu mungkin baru sampe (agak lebay). Tetapi, memang seperti inilah realitanya. Jadi, siapa yang bertanggungjawab ? Semuanya tentu bertanggungjawab....
Singgah di Singkawang

Mesjid di Singkawang

Melanjutkan Perjalanan Pulang

Setelah melewati jalan yang cukup panjang dan melelahkan, waktu berbuka pun tiba dan kami memutuskan untuk singgah di Kota Singkawang untuk berbuka dan beribadah. Alhamdulillah, setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan dapat sampai pulang ke Pontianak dalam keadaan sehat wal afiat, selamat dan tetap keren... :D


0 komentar:

Archives

Members

Total Tayangan Halaman

Twitter